December 29, 2012

Hermeneutika Schleiermacher


1. Riwayat Singkat

            Friedrich Ernest Daniel Schleiermacher lahir di Breslau, Silesia, 21 November 17678 dan meninggal di Berlin, 12 Februari 1834. Ia terkenal sebagai bapak teologi protestan modern. Salah satu magnum opusnya, Der Christliche Glaube merupakan inerpretasi sistematis terhadap dogma-dogma kristen.
            Mulai tahun 1783-1785, ia belajar di sekolah Moravian Brethren, salah satu lembaga pietis yang terkenal di Niesky. Di sinlah ia meluapkan ketertarikannya terhadap filsafat yunani klasik dan mencurahkan pengalaman keberagamaannya. Sebagai pelajar independen ia memulai studi teologi. Ia memulai studi intensif tentang filsafat Immanuel Kant. Dua tahun kemudian, ia pindah ke Drossen, dekat Frankfurt, di mana ia mempersiapkan eksperimen teologinya yang pertamanya. Meskipun ia lebih banyak membaca tentang etik ketimbang teologi, ia melakukan reformasi teologi pada tahun 1790. (Sumber: Schleiermacher, Encyclopaedia Britanicca Ultimate Reference Suite

2. Konsep Kunci Hermeneutika Schleiermacher

           Model Interpretasi

Kontroversi teoritis yang biasa dibincang dalam hal ini adalah  hubungan antara teks (text), pengarang (author) dan pembaca (reader). Secara lebih spesifik, permasalahannya kemudian terletak pada relasi antara bahasa, penggunanya, dan dunia ketika bahasa itu dituturkan.  
Kemudian Relasi subjek dengan bahasa adalah “relasi-menerima” (receptive) secara konsekuensial. Dalam artian bahwa bahasa diterima dari dunia luar dan subjek tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam penyampaian maknanya. Dalam konsepsi intensionalis, author (pengarang) adalah sumber dari otoritas kepemilikan makna dalam setiap teks yang ia produksi. Kemudian, subjek memiliki relasi yang spontan dengan teks itu; suatu makna berdasarkan aksi mental (mental acts) si produser teks itu.
Selanjutnya Schleiermacher menegaskan bahwa tidak ada polarisasi antara jaringan aktif (active link) dan pasif (passive link) dalam hal pemahaman teks. Dalam hermeneutikanya, aspek resepsi (penerimaan) dalam relasi subjek dan bahasa adalah apa yang ia istilahkan dengan gramatikal yang datang dari dunia objek dan bisa dimekanisir. Apa yang ia sebut dengan relasi spontan adalah aspek psikologikal dan teknis dalam proses tersebut.

                         Hermeneutika, Dialektika dan Kritisisme

Salah satu pemikiran hermeneutisnya yang paling populer tertuang dalam beberapa karyanya yang ia selesaikan dalam periode yang berbeda yang pada tahun 1835 diterbitkan dengan judul Hermeneutic and Criticism yang di dalamnya menyoal interpretasi kitab perjanjian baru. Hal yang juga mesti digaris bawahi adalah pernyataannya bawa tidak ada perbedaan antara menafsirkan teks agama dan teks sekuler (non-agama).
Aktifitas memahami merupakan sesuatu yang terjadi dalam lingkar horizon antara teks dan sang penafsirnya. Dengan demikian, secara kontras ia menegaskan bahwa klaim kebenaran (truth claim) tidak akan pernah menjadi sesuatu yang definitif, karena semua “bukti” yang diperlukan tidak pernah selamanya hadir.
Schleiermacher sendiri mendefinisikan hermenetika sebagai berikut: “The art of understanding .. the ... dicourse of another person correctly. Selain itu ia juga mensyaratkan hal ini dalam konteks dialektika. Hermeneutika akan mencari intensitas spesifik seseorang dalam konteks ucapan/aktvitas verbalnya (utterence). Intensitas tersebut jelas tidak akan habis oleh kemungkinan validitas umum dalam penuturan mereka. Hubungan antara intensitas dan validitas dalam hal ini adalah tegas dan meyakinkan (dicisive) dalam hal hermeneutika dan dialektika.
Terkait elemen-elemen vital hermeneutika ia mengatakan : Looked at from the side of language the technical discipline of hermeneutics arises from the fact that every utterance can only be counted as an objective representation [Darstellung] to the extent to which it is taken from language and is to be grasped via language, but that on the other side the utterance can only arise as the action of an individual . . . The reconciliation [Ausgleichung] of both moments makes understanding and explication into an art.
“Dilihat dari sisi bahasa, secara teknis, hermeneutika timbul dari suatu fakta bahwa setiap ucapan (komunikasi verbal) hanya akan bisa dibilang sebagai representasi objektif (darstellung) dalam ruang lingkup yang diambil dari bahasa dan diserap via bahasa juga, tetapi bahwa di sisi lain ucapan hanya bisa timbul sebagai aksi individual  .. rekonsiliasi (Ausglichung) dari kedua momen tersebut melahirkan suat pemahman dan eksplisitasi menuju suatu seni” .....
Dengan demikian hermeneutika dan dialektika hanya akan bisa dikembangkan ketika keduanya berjalan seiringan. Maka, relasi antara pengertian individual dan universal selamanya tidak akan bisa mapan secara utuh, semua tetap bergantung pada konteks suatu ucapan.
            Hal lainnya yang patut diperhatikan dalam memahami aktvitas verbal adalah tentang “meramal makna verbal” (divination) yang ia anggap sebagai hal yang penting dalam aktivitas memahami. Divination berarti:
the ability to revisable judgments about the relationships between words, which are inherently general, and particular things

“ suatu kemampuan untuk membuat suatu keputusan sementara yang bisa ditinjau ulang (revisable) tentang relasi antara kata-kata yang general secara inheren dan hal-hal partikular lainnya...
Terkait “kiat-kiat” memahami secara hermeneutis, Schleiermacher memberikan resep sederhana:
The task can also be put like this: ‘‘to understand the utterance at first just as well as and then better  than its author.’’ For because we have no immediate knowledge of what is in him, we must seek to  bring much to consciousness which can remain unconscious to him, except to the extent to which he  reflexively becomes his own reader. On the objective side he as well has no other data here than we do.

“ Cara kerjanya dapat digambarkan seperti ini: ‘untuk memahami suatu aktivitas verbal, yang sama baiknya dengan – dan kemudian lebih baik daripada – penuturnya. Karena kita tidak mempunyai pengetahuan langsung tentang apa yang ada dalam dirinya, kita harus menitikberatkan kepada sebuah kesadaran yang bisa tidak disadari sendiri  olehnya, kecuali dalam lingkup dia menjadi pembaca (reader) secara refleksif. Dalam sisi objektif, di sini ia tidak memiliki data lainnya daripada apa yang kita lakukan” ......

( Sumber: Andrew Bowie, The Phylosophical Significance of Schleiermacher’s Hermeneutics, dalam The Cambridge Companion to Friedrich Shleiermacher, edited by. Jacqueline Marina, New York: Cambridge University Press, 2005 )
       




0 komentar:

Post a Comment

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Laundry Detergent Coupons