Manusia dan musik merupakan suatu kepaduan yang tidak bisa dipisahkan. Ia
dengan sendirinya merupakan asesoris kehidupan sehari-hari manusia sejak dahulu
kala – bahkan mungkin menjadi kebutuhan. Bagiku musik adalah simfoni-simfoni
yang turut memberi warna ruang kehidupan. Ha .. bagaimana tidak, setiap kali orang
berbicara, semua ya pake musik. Musik dialek sunda berbeda dengan musik dialek
jawa, minang, madura, batak, dsb. Bayangin kalo semua nada yang ada itu datar,
nggak ada variasi ..., so .. life is tasteless. Ya ... manusia
dan irama adalah gula dengan rasa manisnya.
Pada dasarnya, darahku adalah darah musisi. Jika
ditelusuri, kakekku dulu adalah seorang bassis orkes melayu tahun 50-an, ya
kalo zaman sekarang namanya band lah. Bahkan sekarang dia masih bisa
memainkan biola lho .....
Babehku
juga seorang gitaris dan bassis orkes dangdut tahun 70-80-an, nyampe
sekarang skill gitarnya boleh dicoba ia juga bisa maen
instrumen seruling, kecapi sama piano. Yang lebih sangar lagi, secara
historis,kampung tempat aku tinggal adalah kampung musisi. Ha .. sungguh
menggelikan ketika mendengar bahwa para sesepuh kampung yang udah pada
berkepala enam ternyata dulunya adalah pemusik semua. Ternyata sejak dari dulu
kampungku itu emang pusat “ orkes “. Yup .. Bang Haji Oma Irama adalah salah
satu buktinya, musisi produksi tasikmalaya,, he..he..
Me and
Music
Sebenarnya ... sejak kelas 3 SD aku sudah bisa maen seruling sunda sama gamelan
diajarin sama babeh, piano, gitar, semua aku belajar. But ... the wind
has take me away to another realm ..., nyatanya aku “ tersesat “ ke
pesantren yang “ mengharamkan " seruling sama gitar, ha ( masih ingat
sekali waktu kang Ismail marahin aku yg lagi maen suling nyanyiin sapu
nyere pegat simpay.. how nostalgic) .. what a pity. Nyesel ? ..
oh .. tidak, justru aku malah bersyukur karena tersesat ke jalan yang benar, meskipun
nggak ada bakat jadi ustadz..karena nggak ada dari sananya.. ha..ha...,
Walhasil, di sela-sela ngehapal al-fiyyah sama yaqulu, aku
pun nyempetin diri dengerin Dewa 19, Padi, Scorpions, LP, dst.. the
result is .. ?? aku dapet Nilai A pas pelajaran nyanyi di
SMP ketika nyanyiin lagunya Broery Marantika.. !! ha.. what a laugh ..
!
Tapi ... di saat yang sama ada juga lagu yang misioner, dia bisa bikin
orang emosional, bikin si pendengarnya melakukan apa yang dianjurkan lirik
lagunya dan bikin orang gila sekalipun, bahkan bisa bikin orang bunuh diri ...!
pernahkah anda lihat video satanisme dan kebudayaan modern yang di-upload oleh
Karakoon Film di Youtube ?, Di sana ada beberapa jenis musik yang disebut-sebut
sebagai musik satanik yang katanya membawa misi freemason Aleister Crowley,
sebut saja masterpiece " Stairway to Heaven " punya Led Zeppelin.
Dalam lagu itu ada bagian chorus yang jika di-back ward liriknya malah
bercerita tentang satanisme. Atau mungkin pernah dengar lagu “ reverse “-nya
Karl Meyer dan “ Gloomy Sunday “-nya Riszo yang bisa bikin orang gangguan jiwa
dan bunuh diri ?. Yup .. Ia sejatinya memang pedang bermata dua.____________________________________
Ya .. sejatinya kita memang harus bijak dan selektif dalam memilih jenis musik. Namun menurutku, masa kejayaan musik yang benar-benar merepresentasikan dirinya sebagai the real art adalah pada masa Baroque, Classical dan Romantic, antara tahun 1600 - 1910-an. Tapi bukan berarti musik era selanjutnya tidak bernilai, bahkan dengan komposisi lirikal yang seimbang dengan instrumental, musik generasi berikutnya menjadi semakin representatif. Namun dalam konteks irama, nada, komposisi instrumental, dan nilai ekspresif, ketiga periode tersebut merupakan masa-masa klimaks. Di sana ada banyak Maestro Musik, sebut saja Ludwig Van Beethoven, Wolfang Amadeus Mozart, Antonio Vivaldi, dll. Simaklah karya Beethoven yang sangat ekspresif dan emosional. Ada yang romantis, halus, melankolis, dan ada juga yang emosional, berapi-api dan menggebu-gebu. Ketika anda mendengarkan moonlight sonata, anda akan dibawa kepada alam cahaya bulan yang mahaindah. Ketika mendengar Symphony no. 5, anda akan menyusuri alam kehidupan manusia dengan segala hiruk-pikuknya. Bagi anda yang suka romantis dan harmonis, dengarkanlah Pires Dumay-nya Mozart yang komposisinys sarat akan atmosfir keharmonisan._______________________________________________
Ya .. sejatinya kita memang harus bijak dan selektif dalam memilih jenis musik. Namun menurutku, masa kejayaan musik yang benar-benar merepresentasikan dirinya sebagai the real art adalah pada masa Baroque, Classical dan Romantic, antara tahun 1600 - 1910-an. Tapi bukan berarti musik era selanjutnya tidak bernilai, bahkan dengan komposisi lirikal yang seimbang dengan instrumental, musik generasi berikutnya menjadi semakin representatif. Namun dalam konteks irama, nada, komposisi instrumental, dan nilai ekspresif, ketiga periode tersebut merupakan masa-masa klimaks. Di sana ada banyak Maestro Musik, sebut saja Ludwig Van Beethoven, Wolfang Amadeus Mozart, Antonio Vivaldi, dll. Simaklah karya Beethoven yang sangat ekspresif dan emosional. Ada yang romantis, halus, melankolis, dan ada juga yang emosional, berapi-api dan menggebu-gebu. Ketika anda mendengarkan moonlight sonata, anda akan dibawa kepada alam cahaya bulan yang mahaindah. Ketika mendengar Symphony no. 5, anda akan menyusuri alam kehidupan manusia dengan segala hiruk-pikuknya. Bagi anda yang suka romantis dan harmonis, dengarkanlah Pires Dumay-nya Mozart yang komposisinys sarat akan atmosfir keharmonisan._______________________________________________
Hal yang juga tak kalah penting, musik merupakan salah satu media ekspresi manusia dalam mengapresiasi kehidupannya. Dengarkanlah Moonlight Sonata yang terlahir dari apresiasi Beethoven akan cahaya bulan yang sering ia pandangi di waktu malam. Melalui hal semacam ini kita akan sampai pada suatu titik di mana manusia itu adalah SATU ! sebagai makhluk Tuhan yang pada dasarnya adalah harmonis dan romantis, meskipun pada fakta objektifnya memang terdapat banyak kesenjangan antara kenyataan ( das sein ) dan harapan ( das sollen), sehingga muncullah kebencian, kejahatan, perang, dll. Melalui musik semacam ini, aku termasuk orang yang berkeyakinan kuat bahwa sejatinya, manusia pada dasarnya adalah cinta. Pada hakikatnya, alam nurani manusia tertuju pada satu titik yang sama, yakni keharmonisan, hanya orang yang sakit jiwa saja yang nuraninya tertuju pada kejahatan. Melalui karya-karya Beethoven misalnya yang pada waktu itu masih marak perang antar bangsa, dapat kita temui bagaimana luapan-luapan emosional manusia yang berharap akan kedamaian dan ketentraman di tengah hiruk-pikuk dan gegap gempita alam kehidupan ini. Musik semacam inilah yang menghimpun cita, rasa, dan luapan-luapan kemanusiaan lainnya.
0 komentar:
Post a Comment